Catatan Hati Seorang Gondrong : Gondrong itu berat

Catatan Hati Seorang Gondrong : Gondrong itu berat

Apa yang terbayang dipikiran anda sekalian mendengar kata gondong? Istilah gondrong sangatlah melekat pada laki-laki, mengapa demikian? Karena tidak mungkin wanita disebut gondrong karena sudah menjadi kodrat mereka berambut panjang (di lingkungan kita). Laki-laki yang benar-benar berjiwa laki-lakilah yang berani mengambil keputusan untuk gondrong bukan bermaksud merendahkan status kejantanan mereka yang tidak gondrong,  tapi menjadi gondrong adalah salah satu keputusan paling masculine. Mengapa demikian? ada beberapa alasan yang telah dialami si penulis hingga ia berani menulis demikian.

1. Gondrong adalah istiqomah

Benar sekali laki-laki yang gondrong adalah tipe laki-laki yang istiqomah, mereka kekeh pada pendirian mereka dan tidak menghiraukan perkataan orang lain yang kadang menghina bahkan tanpa sadar menyakiti hati kami yang sedang menumbuhkan rambut menuju gondrong. Hal ini merupakan obstacle termudah yang menguji kesungguhan hati dalam menggapai kegondrongan yang haqiqi, perkataan mereka dapat membuat semangat dalam menggapai kegondrongan yang haqiqi pudar tapi kembali lagi laki-laki yang memiliki jiwa tangguhlah yang dapat lolos dari seleksi alam ini. Banyak dari volunteer yang katanya ingin menggondrongkan diri, namun banyak yang gugur dalam obstacle paling ringan ini karena termakan ketidak siapan pada niat mereka.

2. Gondrong adalah penyabar

Banyak yang salah pada persepsi kebanyakan masyarakat kita, mereka memberi label para gondrong ini dengan cap negatif seperti pemalas, tidak dapat mengurus diri, pembangkang, nakal dan paling parah adalah kriminal. Sekali lagi jangan patah semangat karena pada sesi ini memang tingkat kesabaranlah yang diuji, tidak semua yang berambut gondrong itu sesuai apa yang mereka persepsikan dan selalu bersifat negatif kalaupun ada penjahat atau kriminal yang gondrong. Jangan lalu menilai setiap orang yang gondrong adalah bagian dari kejahatan, tapi kejahatan itulah yang bersembunyi dibalik kegondrongan, hampir sama seperti kemeja dasi dan jas mereka tempat persembunyian para penjahat-penjahat rakyat.

Selain sabar akan penilaian yang salah terhadap orang gondrong, masyarakat sering juga beranggapan bahwa kami yang gondrong adalah orang dengan gangguan jiwa atau bisa dikatakan sebagai kaum LGBT, sebenarnya penulis juga heran dengan labelling seperti ini apa karena rambut panjang identik dengan wanita? Jelas tidak! Banyak tokoh maskulin yang berambut panjang seperti Rambo, Thor, Neptunus, dan saya kira masih banyak lagi, tapi kembali lagi inilah yang membedakan para gondrong dengan mereka yang ada pada zona nyaman tingkat kesabaran kami lebih, waktu untuk memanjangkan ramput bukan sebulan dua bulan tetapi untuk mencapai standarisasi kegondrongan dibutuhkan paling singkat satu tahun, bayangkan satu tahun bukan waktu yang singkat kami berinteraksi setiap hari selama satu tahun dengan kesabaran dan istiqomah demi menggapai kegondrongan yang haqiqi.

3. Gondrong adalah dirinya

Kenapa penulis katakan bahwa gondrong adalah dirinya bukan diri orang lain? Itu karena kami para gondrong berekspresi dengan apa yang kita mau bukan apa yang mereka mau terhadap kita, bukan berarti kita egois, tidak! Kami 100% tidak egois tapi kami melakukannya dengan hati bukan karena apa yang mereka dan dia inginkan, bila sebagian dari kalian (pembaca wanita) pernah memiliki pacar berambut gondrong pernahkan kalian meminta dengan susah payah agar mereka agar mencukur rambutnya?

Seharusnya kalian yang menyayangi mereka yang gondrong harus siap dengan apa yang menjadi pilihan mereka bukan malah mengatur penampilan mereka sesuai keinginan anda (maaf sembari curhat), untuk masalah ini penulis agak sedikit baper karena ada nuansa kekecewaan tersendiri. Saya tekankan lagi bahwa kami para gondrong memiliki style tersendiri dalam berpenampilan dan tidak mainstream seperti laki-laki yang kalian perlakukan seperti boneka, biarlah gondrong ini menjadi ideologi kepercayaan diri kami di tengan masyarakat yang paradox.
 

4. Gondrong adalah taat

Gondrong pun dapat menjadi jalan kami untuk berdakwah dijalan Allah. Bagaimana tidak? setiap orang yang melihat kami selalu mengingat akan kehadiran Allah dalam hidupnya semisal “astagfirullah nak….! kok kamu gondrong”. “Ya Allah masnya kok gondrong?” “mas rambut gondrong kuncinya apa? Sabar!” . “masyaallah sampo ibu kamu habisin buat keramas!”. Itulah secuil kisah dan jalan dakwah kami dimana mengingatkan mereka yang berinteraksi dengan kami ingat akan Allah. Bukan hanya itu tapi gondrong pula mencontoh Nabi Agung Muhammad SAW, menurut beberapa ulasan yang kami baca bahwa Nabi SAW juga memanjangkan rambutnya. Jadi, hal itu juga menjadi bukti cinta kami kepada Nabi Muhammad SAW dimana kami para gondrong menjalankan sunahnya.
 

5. Gondrong adalah teratur

Jelas kami teratur, kami selalu memperhatikan keindahan rambut kami jadi kami juga teratur dua hari sekali keramas, agar rambut pemberian sang khalik ini menjadi mahkota terindah di tubuh kami setelah hati kami (insyaallah), selain teratur shamponan kami juga teratur menyisir (untuk sebagian para gondrong) rambut dan menjaga rambut agar terbebas dari kutu rambut.

6. Gondrong adalah penyemangat/motivator

Para kaum hawa akan sangat malu jika melihat kami para gondrong dengan rambut yang indah, bahkan keindahannya melebihi mereka yang kodratnya berambut panjang, ini akan menjadi suatu pemicu semangat dimana wanita akan menjaga mahkotanya lebih giat lagi agar tidak kalah saing dengan kami yang gondrong, disini kami tidak menghadirkan suatu kompetisi tentang rambut siapa yang paling bagus hanya saja kami mengingantkan kalau kami laki-laki memiliki rambut panjang yang indah mengapa kalian wanita tidak.

7. Gondrong adalah terbatas

Populasi kami para gondrong sangat sedikit, mungkin sangat sedikit di masyarakat tapi kalau di lingkungan mahasiswa mungkin agak banyak selain segi penampilan kami yang jujur tanpa unsur paradox mungkin diluar sana banyak laki-laki yang sabar tapi tidak gondrong. Tapi kami hadir dengan nilai plus dengan kelebihan kami sebagai gondrong yang patut diperhitungkan kami limited edition dan tidak mudah didapat.

8. Gondrong adalah dewasa

Kami dewasa dengan pola pikir kami yang telah memiliki tujuan jelas dengan bertahan pada beberapa cobaan dan obstacle untuk menjadi gondrong yang haqiqi, tahap ini bisa dikatakan yang paling sulit menjadi gondrong yang haqiqi, karena semuda apapun kamu bila kalian berambut gondrong kalian akan dipanggil dengan “Pak atau Mas” sedikit dari cerita si penulis : suatu hari saat berada di kampusnya, si penulis hendak mengumpulkan tugas teman sekelas ke ruang dosennya, karena pada saat itu si penulis merupakan mahasiswa baru tepatnya semester 1, sama seperti yang lain hanya saja si penulis sejak SMA sudah gontang atau gondrong tanggung, sehingga saat masuk kuliah rambutnya sudah panjang.

Ketika sampai di gedung pascasajana karena baru mahasiswa baru, maka si penulis berencana mencari ruangan si dosen dengan menanyakan ruang si dosen lewat bagian administrasi di gedung pascasarjana tersebut. Baru si penulis mengucap salam, si karyawan penunggu berkata “mas pengumpulan formulir pendaftaran S2 dikumpulkan sebelah sana!” itu menjadi pukulan telak dimana seolah-olah masa mudanya tertutupi akan idealismenya sebagai manusia gondrong. Sempet frustasi dimana usia 18 tahun sudah disamakan dengan mereka-mereka yang menempuh pendidikan S2, sungguh gondrong membuat kalian menjadi dewasa dari pada teman sebayamu.

9. Gondrong adalah puncak

Puncak dalam kegondrongan adalah dimana lingkungan dan dirimu dapat menyatu dan mengakui serta mengakui kehadiranmu sebagai gondrong yang haqiqi, dalam fase ini sudah sulit dikatakan dengan kata-kata karena disini taraf kegondrongan yang dibarengi dengan rasa ikhlas menambah esensi buah manis perjuangan dan kesabaran menjadi gondrong yang kaffah, dimana anda akan menyadari bahwa kalian adalah orang pilihan yang mengemban amanat kegondrongan yang tidak dapat setiap laki-laki bisa lakukan. Pada fase kegondrongan yang kaffah ini anda akan menjadi role model dan figur yang baik yang akan dicontoh the next gondrong generasi selanjutnya.

Menjadi gondrong yang haqiqi dan kaffah adalah suatu jalan terjal yang digunakan guna menempa diri, menjadi gondrong yang haqiqi dan kaffah memerlukan kesabaran tingkat tinggi tidaknyanya waktu bertahun-tahun tapi juga kontrol diri yang besar terhadap gangguan-gangguan yang lain. Tetap istiiqomah dan berhentilah gondrong pada waktu dimana kamu mulai merasa cukup bukan karena permintaan orang lain ( kecuali ibu).

Leave a Comment

Comments

No comments yet. Why don’t you start the discussion?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *