Asal-Usul Hari Qurban Dalam Islam

Asal-Usul Hari Qurban Dalam Islam

Tepat pada tanggal 6 Juni besok, umat Islam merayakan Hari Raya Qurban yang bertepatan 10 Dzulhijjah 1446 Hijriyah. Hari Qurban sangat identik dengan penyembelihan hewan. Namun, apakah sobat genzi sudah mengetahui asal-usul Hari Qurban?

Hari Qurban atau Hari Raya Idul Adha merupakan salah satu hari besar dalam Islam yang memiliki makna sangat mendalam, terutama terkait dengan nilai-nilai keikhlasan, pengorbanan, dan ketaatan kepada Allah SWT.

Perayaan ini jatuh pada tanggal 10 Dzulhijjah, bulan terakhir dalam kalender Hijriyah, dan bertepatan dengan puncak pelaksanaan ibadah haji di Makkah. Untuk memahami asal-usul Hari Qurban, kita perlu menelusuri sejarah spiritual yang berakar pada kisah Nabi Ibrahim AS dan anaknya, Nabi Ismail AS.

Perintah Allah kepada Nabi Ibrahim

Asal-usul Hari Qurban berawal dari kisah yang terekam dalam Al-Qur’an, khususnya dalam Surah As-Saffat (ayat 100–111), di mana Allah menguji keimanan Nabi Ibrahim AS melalui perintah yang sangat berat: menyembelih anaknya sendiri, Ismail. Perintah ini datang melalui mimpi, dan karena mimpi para nabi merupakan bentuk wahyu, maka Nabi Ibrahim tahu bahwa itu adalah perintah langsung dari Allah SWT.

Bayangkan betapa beratnya ujian ini. Setelah menanti bertahun-tahun untuk dikaruniai seorang anak, Ibrahim justru diperintahkan untuk mengorbankan putranya. Namun, sebagai hamba yang taat, ia tidak ragu sedikit pun. Ia pun menyampaikan hal ini kepada Ismail. Menakjubkannya, Ismail – yang saat itu masih sangat muda – merespons dengan penuh keikhlasan. Ia berkata:

“Wahai ayahku, lakukanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah engkau akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar.”
(QS. As-Saffat: 102)

Ketaatan keduanya luar biasa. Ketika Nabi Ibrahim hendak menyembelih Ismail, Allah menggantikan Ismail dengan seekor hewan sembelihan (dalam banyak riwayat disebut sebagai domba). Peristiwa ini menjadi simbol bahwa Allah tidak menginginkan darah atau daging hewan, tetapi ketaatan dan keikhlasan hamba-Nya.

Ditetapkannya Hari Raya Qurban

Peristiwa ini kemudian diabadikan sebagai Hari Raya Qurban atau Idul Adha oleh Rasulullah SAW sebagai salah satu bentuk syiar Islam. Idul Adha menjadi momen penting dalam rangka mengenang keteladanan Nabi Ibrahim dan Ismail dalam hal pengorbanan dan ketaatan. Rasulullah SAW sendiri melaksanakan qurban setiap tahun, dan menyebutkan bahwa qurban adalah sunnah yang sangat dianjurkan bagi umat Islam yang mampu.

Dalam hadis riwayat Tirmidzi, Rasulullah bersabda:

“Tidak ada amalan anak Adam pada hari Nahr (Idul Adha) yang lebih dicintai Allah daripada menyembelih hewan qurban…”

Makna dan Hikmah Qurban

Hari Qurban bukan sekadar menyembelih hewan. Ia adalah refleksi spiritual untuk mengasah kepekaan sosial, memperkuat keimanan, dan melatih keikhlasan. Melalui qurban, umat Islam diajak untuk merenungi: apa yang sanggup kita korbankan di jalan Allah? Apakah waktu, harta, kenyamanan, atau bahkan ego?

Qurban juga menjadi simbol solidaritas sosial. Daging dari hewan yang disembelih dibagikan kepada mereka yang membutuhkan, sehingga kebahagiaan hari raya bisa dirasakan bersama. Ini selaras dengan semangat Islam yang menekankan keadilan, kepedulian, dan kebersamaan.

Kesimpulan

Asal-usul Hari Qurban berasal dari kisah monumental Nabi Ibrahim dan Ismail yang menunjukkan pengorbanan luar biasa demi ketaatan kepada Allah. Kisah ini terus hidup dalam setiap perayaan Idul Adha sebagai pengingat bahwa iman sejati terletak pada kesiapan untuk taat, bahkan dalam kondisi paling sulit sekalipun.

Hari Qurban menjadi momentum penting bagi umat Islam untuk me-refleksikan diri, memperkuat iman, dan memperluas kepedulian terhadap sesama.

Leave a Comment

Comments

No comments yet. Why don’t you start the discussion?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *