Kota Surakarta atau biasa disebut Solo memang candu kalau sudah tinggal didalamnya, banyak hal yang menyenangkan kalau sudah bincang kota yang kaya budaya ini. Salah satunya adalah Jalan Slamet Riyadi, jalan yang membentang sepanjang Purwosari sampai Bundaran Gladag. Jalan Slamet Riyadi Solo dulunya bernama Purwosari atau dalam bahasa lain Poerwasariweg, sebelum akhirnya berganti nama yang sekarang.
Jalan Slamet Riyadi seperti menjadi hal yang tidak bisa dipisahkan ketika berbicara kota Surakarta, ada Surakarta pasti ada nama jalan Slamet Riyadi di belakangnnya begitupun sebaliknya. Tak heran jika banyak pusat perekonomian kota Surakarta berjejer di sepanjang jalan Slamet Riyadi. Hal inilah yang akhirnya menjadikan jalan Slamet Riyadi terasa memorable ketika melintas berkendara di sepanjang jalannya.
Jika kalian mencari kota dengan gaya slow living, saya jamin Surakarta jawabannya dengan jalan Slamet Riyadi sebagai pelengkapnya. Jalan ini memang hanya jalan seperti pada umumnya. Tapi, coba berkendaralah sambil melihat kanan-kiri sepanjang jalan dengan kecepatan 40 km/jam. Pasti kamu bakal betah dengan sisi penataan kota yang memanjakan mata.
Uniknya, jalan Slamet Riyadi juga dilintasi oleh jalur kereta api Purwosari-Wonogiri. Saat kereta ini melewati jalan Slamet Riyadi, para pengendara akan di stop oleh petugas dan menunggu kereta selesai melewati jalan tersebut. Momen ini terkesan biasa saja, namun kalau kamu menunggunya di jalan Slamet Riyadi pasti bakal beda banget sama nunggu kereta di jalan-jalan lainnya. Hal yang kamu rasakan adalah satisfying selama menunggu kereta selesai melewati jalan, kamu pasti bakal puas dan tidak boring selama menunggu.
Tidak jauh dari lintasan kereta tersebut, bakal ada pertigaan. Jikalau belok kanan, jalan tersebut menuju arah kota Sukoharjo. Pada belokan tersebut, akan ada stadion Sriwedari dengan para penjual jajanan di latar jalannya. Disini, ada salah satu jajan yang menarik, orang Surakarta memanggilnya dengan nama “Es Kapal”. Hanya minuman biasa dengan roti yang dihiasi susu diluarnya, tapi jikalau diminum di tempat sambil melihat lalu lalang jalan Slamet Riyadi, bakal beda vibes-nya.
Seterusnya sampai Bundaran Gladag banyak hal iconic yang bikin betah di jalan Slamet Riyadi ini. Jalan Slamet Riyadi seperti menyimpan kenangan yang membekas di setiap ruas jalannya. Jalan yang lurus menerus membuat seakan-akan jalan Slamet Riyadi tidak ada bosan-bosannya untuk muter berkali-kali disini. Banyak hal yang bisa di jumpai di jalan Slamet Riyadi; Angkringan-angkringan, coffe shop, halte-halte Batik Solo Trans, orang-orang Solo dan banyak hal menarik lainnya yang menghiasi jalan Slamet Riyadi ini.
Jangan lupa juga untuk menikmati jalan Slamet Riyadi saat malam hari. Penataan kota yang sederhana tapi berkesan menjadi pemandangan yang indah dengan hiasan city light. Jalan Slamet Riyadi malam hari menjadi candu bagi siapapun yang melintasi-nya. Segala hal yang dicari, segalanya tersedia di jalan Slamet Riyadi. Indahnya kota ini menjadikan Surakarta menjadi kota yang nyaman dengan jalan Slamet Riyadi di dalamnya.
Pada hari minggu, jalan Slamet Riyadi dijadikan spot Car Free Day (CFD). Jalan ditutup, hal ini berupaya untuk mengurangi polusi di kota. Momen-momen seperti inilah yang bisa dinikmati keliling Slamet Riyadi dengan jalan kaki. Rasa capek jalan kaki ketika di jalan Slamet Riyadi terbayarkan dengan ramahnya senyuman orang Surakarta ketika berinteraksi “monggo mas/mbak”.
Bagaimanapun, Slamet Riyadi telah menjadi bagian dari kota Surakarta. Banyak hal yang ditemui di jalan Slamet Riyadi memungkinkan kita untuk kembali lagi ke kota Surakarta hanya untuk berkendara di sepanjang jalan ini. Jalan Slamet Riyadi seperti mempunyai magnet untuk siapapun yang melewati jalan ini, suatu saat akan kembali lagi untuk merasakan vibes jalan Slamet Riyadi terus menerus.